PWM Kalimantan Selatan - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Kalimantan Selatan
.: Home > Berita > Berislam Bukan Ikut-ikutan

Homepage

Berislam Bukan Ikut-ikutan

Sabtu, 06-05-2017
Dibaca: 740

Sebuah ironi, negara-negara Islam sekarang masih banyak yang terbelakang termasuk di bidang pendidikan. Padahal Alquran dan Alhadis banyak berbicara tentang motivasi pendidikan, bahkan ayat yang pertama berbicara tentang membaca. Rektor Universitas Muhammadiyah Banjarmasin (UMB) Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag mengatakan, persoalan sekarang negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim mengalami ketertinggalan dalam bidang pendidikan, sehingga ada gap atau jarak antara das sein dengan das sollen, yaitu keadaan yang sebenarnya pada waktu sekarang dengan yang diharapkan atau dicita-citakan. Padahal Alquran memerintahkan orang untuk berpendidikan., tetapi umat Islam lemah dalam hal pendidikan termasuk di negeri ini.

Sebuah penelitian How Islamic Are Islamic Countries tentang nilai-nilai Islam atau etos-etos Islam yang ada dalam Alquran dan Alhadis diteliti di negara-negara di dunia ini.Pertanyaan dasarnya, seberapa jauh ajaran Islam dipahami dan mempengaruhi perilaku masyarakat muslim dalam kehidupan bernegara dan sosial.

Hasilnya, Selandia Baru berada di urutan pertama negara paling Islami diantara 208 negara, diikuti Luxemburg di urutan kedua. Sementara Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim menempati urutan ke-140. Menurut Khairuddin, itu artinya, nilai-nilai Islam itu diamalkan oleh orang-orang luar negara muslim. Kehidupan sosial masyarakatnya lebih mencerminkan nilai-nilai Islam, seperti budaya antre, menjaga kebersihan, kejujuran, suka menolong dan nilai-nilai Islam lain yang justru makin sulit ditemukan di Indonesia.

Seberapa jauh ajaran Islam dipahami dan mempengaruhi perilaku masyarakat Indonesia, baik dalam bernegara maupun bersosialisasi? Khairuddin mengatakan, tak menutup mata kalau kesenjangan di negeri ini masih sangat kentara, terutama dalam hal pendidikan dan ekonomi. Lalu bagaimana cara mengatasi masalah itu? Menurut Khairuddin, sudah seharusnya bagi umat Islam yang mempelajari Islam dengan sebenar-benarnya, menghayati dan mengamalkan ajaran itu. "Berislam itu bukan hanya ikut-ikutan, bukan sekedar ritual, tetapi harus memahami ajaran Islam itu. Karena pada dasarnya, Islam itu penuh keunggulan," tandasnya.

Masalah kesenjangan di negeri ini, sebenarnya persoalan lama. Dari hasil dialog ada benang merah yang dapat ditarik, umat Islam itu mundur karena meninggalkan ajaran Islam. Sedangkan umat di luar Islam, termasuk yang di barat itu maju karena mereka meninggalkan ajaran agama mereka, karena agama yang dianutnya penuh dogma dan tahayul, makanya mereka tinggalkan sehingga maju.

Khairuddin menyebutkan, Islam itu sebenarnya maju, tapi ditinggalkan sehingga masuk pada dogma-dogma, orang meninggalkan Islam sehingga penuh tahayul, khurafat (menghubungkan suatu peristiwa yang terjadi dengan suatu perkara yang menutup akal) dan lainnya. Orang-orang seperti itu yang meninggalkan Islam.

Dia menjelaskan, ajaran Islam itu tauhid, kemajuan, kehebatan, kekayaan dan keunggulan. Kalau ajaran itu ditinggalkan, terjadi kemunduran "itu terjadi sekarang, dimana saja," telaahnya. Khairuddin menilai, untuk memperbaiki, memang perlu proses. Perlu sinergi antara pemerintah dengan ormas Islam dan pihak swasta lainnya, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Memang perlu komitmen yang kuat untuk membangun pendidikan secara maksimal dan sistematis dengan melakukan reformasi pendidikan secara total yang berbasis pada akhlakul karimah," ucapnya.

Selain itu, membangun pendidikan yang holistik dan komprehensif, karena sejatinya antara agama dengan dunia itu saling membutuhkan, saling memenuhi dan melengkapi. Muhammadiyah didirikan pada 1912, sangat sadar akan arti pentingnya pendidikannya. Sejak awal berdiri berkomitmen untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat pribumi, agar bisa keluar dari kebodohan, kemunduran, keterbelakangan dan kemiskinan.

Muhammadiyah mempunyai lembaga pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SLTA hingga perguruan tinggi (PT), bahkan untuk PT saja ada 178 yang tersebar di seluruh tanah air. Semua itu tak lain untuk memajukan pendidikan masyarakat, guna memerangi kebodohan. Menurut Khairuddin, sinergi pemerintah dengan swasta sekarang sudah bagus. Pemerintah berkewajiban untuk memberikan pendidikan dan menangani anak terlantar, tapi tak mampu sendiri, sehingga merasa terbantu dengan adanya ormas-ormas dan pihak swasta yang menanganinya.

Perlu dipahami, bahwa pendidikan itu tugas negara. Kalau ada ormas atau pihak swasta yang membangun lembaga pendidikan, tentunya akan meringankan tugas negara. Pemerintah seharusnya memberikan apresiasi, berterima kasih dan membantu dananya. Masyarakat pun harus sadar, bahwa dengan pendidikanlah negara itu bisa maju. (drt/serambi ummah)


Tags: MPI
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: Serambi Ummah



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website