PWM Kalimantan Selatan - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Kalimantan Selatan
.: Home > Berita > Ma'ruf Abdullah: Ulama Harus Dibekali Ilmu Komunikasi

Homepage

Ma'ruf Abdullah: Ulama Harus Dibekali Ilmu Komunikasi

Sabtu, 27-05-2017
Dibaca: 677

Kaderisasi ulama yang baik, seyogyanya dipersiapkan melalui pendidikan dan sekaligus menyiapkan tokoh perubahan, jelas Prof. HM. Ma'ruf Abdullah, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Banjarmasin (2005-2010 dan 2010-2015). Ma'ruf yang kini Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Selatan  menyebutkan, kaderisasi ulama di lingkungannya dipersiapkan melalui beberapa tahapan, diantaranya pembibitan dan pemanfaatan.

Kaderisasi pada tahap pembibitan dimulai dari tingkat dasar dan tingkat menengah, dilaksanakan melalui pendidikan di madrasah/pesantren muallimin (untuk laki-laki) dan muallimat (untuk perempuan). Program itu, merupakan pilot proyek pimpinan wilayah di masing-masing provinsi. Untuk kalsel ada di Alabio Hulu Sungai Utara, jelas Ma'ruf yang juga dosen di UIN Antasari. Setelah menyelesaikan program tingkat dasar dan menengah di madrasah/pondok pesantren muallimin/muallimat, para kader ulama itu secara selektif (melalui tes) melanjutkan ke tingkat advance pendidikan ulama tarjih setingkat S1, yang diselenggarakan PP Muhammadiyah di Yogyakarta.

Kaderisasi tahap kedua, pemanfaatan. Para kader diberi kesempatan berdakwah untuk menyampaikan ilmu yang diperolehnya di pengajian-pengajian rutin Muhammadiyah di wilayah, daerah, cabang dan ranting serta di Aisyiyah. Pengajian rutin Muhammadiyah dan Aisyiyah, sudah menjadi trade mark (ciri khas) Muhammadiyah sejak kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan sampai sekarang di semua tingkatan persyarikatan Muhammadiyah.

Ketiga, tahap pembinaan dan pengembangan. Pada tahap ini, ulama di lingkungan Muhammadiyah secara terprogram mengikuti kegiatan pelatihan, workshop, seminar dan sebagainya untuk menyikapi perkembangan dakwah dan penyiaran agama Islam. Kegiatan tersebut dikordinasikan oleh majelis tabligh yang ada di masing-masing tingkatan organisasi Muhammadiyah, mulai dari pusat, wilayah, daerah hingga cabang dan ranting termasuk Aisyiyah.

Terkait upaya Muhammadiyah menyiapkan kadernya sebagai ulama sekaligus tokoh perubahan, menurut Ma'ruf tak semua kader yang disiapkan secara otomatis dapat mencapai ke jenjang tersebut, karena untuk lahirnya seorang menjadi tokoh perubahan itu banyak faktor yang mempengaruhi, seperti wawasan keilmuan yang dimiliki. Disebutkan, untuk menjadi mubaligh yang kompeten tidak cukup hanya memiliki pengetahuan agama yang luas, tetapi juga perlu ditunjang penguasaan pengetahuan ilmu komunikasi, khususnya retorika, etika berdakwah, manajemen khususnya bagaimana kegiatan dakwah itu menjadi dinamis dan menyenangkan pesertanya.

Dalam konteks ini, kalau yang dimaksudkan itu terjadi perubahan dalam skala besar tentu belum semuanya. Tapi, kalau ukurannya skala terjadi kemajuan organisasi, itu memang sudah dirasakan. Dulu jemaah pengajian rutin Muhammadiyah belum banyak, karena hanya diikuti warga Muhammadiyah. Sekarang jemaah yang mengikuti pengajian, sudah lumayan banyaknya. Di samping diikuti warga Muhammadiyah juga sampatisan yang tertarik. Bahkan sekarang ada satu trend yang berkembang secara spontan, munculnya jemaah keliling atas prakarsa jemaah pengajian sendiri. Mereka secara sukarela menghimpun diri dan bergerak bersama menghadiri kegiatan pengajian rutin yang dilaksanakan di beberapa masjid Muhammadiyah di Kota Banjarmasin.

Itulah yang dimaksud lahirnya tokoh perubahan, karena kepiawaian para mubaligh Muhammadiyah dalam berdakwah, sehingga berhasil menggerakkan jemaahnya mendatangi pengajian yang digelar. "Saya tahu persis tentang kegiatan jemaah keliling ini, karena diberi kepercayaan warga Muhammadiyah selama dua periode di Kota Banjarmasin," kata Ma'ruf Abdullah (drt/serambi ummah)


Tags: MPI
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: Serambi Ummah



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website