Prof. Khairuddin: Neo Salafisme Gerakan Salafi & Neo Fundamentalisme HTI
Dibaca: 991
Sejak berakhirnya rezim orde baru pada tahun 1998 (reformasi) bermunculan beragam paham dengan beragam varian yang keragaman dan lapisannya begitu berhimpitan. Walaupun tidak begitu mudah mentipologikan sebuah pemikiran paham keagamaan, demikian disampaikan Prof. Ahmad Khairuddin dalam sesi I pengajian Ramadhan 1438 H. Kegiatan tahunan yang diselenggarakan PW. Muhammadiyah Kalimantan Selatan tersebut dilaksanakan selama 3 hari tanggal 9 - 11 Juni 2017 di Aula Univ. Muhammadiyah Banjarmasin.
Lebih lanjut Rektor Univ. Muhammadiyah Banjarmasin menyampaikan materi dalam pengajian tersebut terkait dengan gerakan salafi dan HTI. Beliau mengutarakan bahwa sejarah salafi bermula dari Ahmad bin Hambal, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim Al Jauzi. Selanjutnya Muhammad bin Abd Al Wahhab dengan gerakan Wahabi, yang lebih senang disebut dengan Muwahhidun. Kemudian di masa modern: muncullah Jamaluddin al Afgani, Muhammad Abdul Wahhab, Rasyid Ridha yang mengintegrasikan Islam dengan modernitas yang menginspirasi lahirnya Muhammadiyah. Adapun doktrin salafi yang dianggap menonjol adalah: tauhid, mengikuti sunnah dan menentang bid'ah, al wala wal barra serta taat pada pemerintah.
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) disebut sebagai gerakan fundamentalis yang menawarkan Islam sebagai ideologi alternatif, sedangkan neo fundamentalisme HTI adalah ortudoksi Islam yang menawarkan khilafah sebagai satu-satunya alternatif. Adapun HTI di Indonesia keberadaannya sejak tahun 1980, yang mana kelompok ini mampu menyedot perhatian lebih dikalangan terdidik dan mahasiswa, demikian ulasan Prof. Khairuddin dalam sesi I pada hari Jumat tanggal 9 Juni 2017 tersebut. (abdul khaliq)
Tags: MPI
Kategori: PWMKS
Arsip Berita
