PWM Kalimantan Selatan - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Kalimantan Selatan
.: Home > Berita > MPI KALSEL BEDAH BUKU MUHAMMADIYAH & WAHABISME

Homepage

MPI KALSEL BEDAH BUKU MUHAMMADIYAH & WAHABISME

Selasa, 17-07-2012
Dibaca: 2677

Organisasi  Muhammadiyah yang didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan secara historis tidak berafiliasi dengan kekuasaan, bahwa pada saat itu menentang kolonialisme, terhadap budaya setempat Muhammadiyah dalam gerakannya mengutamakan kearifan lokal, sehingga pendekatan Muhammadiyah tidak terkesan radikal, dibanding gerakan wahabi yang menghancurkan kuburan-kuburan keramat dan situs-situs yang dikeramatkan. Demikian yang dikemukakan Bapak Prof. Dr. Achmad Jainuri yang merupakan salah seorang penulis Buku: Muhammadiyah & Wahhabisme Mengurai Titik Temu dan Titik Seteru Paham Muhammadiyah dan Wahabi.

Buku yang diterbitkan Suara Muhammadiyah tersebut dibedah oleh Majelis Pustaka dan Informasi PW. Muhammadiyah Kalimantan Selatan dengan menghadirkan pembicara utama Prof. Dr. Achmad Jainuri selaku penulis buku. Di samping itu kegiatan yang dilaksanakan di Aula STIKES Muhammadiyah Banjarmasin tersebut juga menampilkan 2 pembanding yakni Prof. Dr. H. Akhmad Khairuddin, M.Ag dan Prof. Dr. H. A. Athaillah, M.Ag.

Dalam kesempatan tersebut Prof. Dr. H. Akhmad Khairuddin, M.Ag yang merupakan Ketua PWM Kalsel mengemukakan bahwa gerakan Muhammadiyah dan Wahabi  merupakan gerakan dakwah Islam yang muncul dengan latar belakang kondisi dan situasi yang berbeda, paham Wahhabi sangat berpengaruh terhadap dunia Islam, pengaruh tersebut juga merembet pada pergerakan dakwah Islamiyah di Indonesia.

Prof. Dr. H. A. Athaillah, M.Ag pada sisi lain menyoroti bahwa terdapat titik persamaan antara gerakan Muhammadiyah dan wahabi dalam hal mengusung dakwah amar ma’ruf nahi munkar pada orientasi pemurnian akidah Islamiyah, kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta larangan taklid secara buta.

Sebaliknya menurut Mantan Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin tersebut, juga terdapat perbedaan di antara kedua gerakan pembaharuan tersebut diantaranya: (1) Salat tarawih sebanyak delapan rakaat, sedang menurut amaliah wahabi sebanyak 20 rakaat; (2) Salat ‘Id al-Fithri dan ‘Id al-Adlha dilaksanakan di lapangan, bukan di mesjid, sedang menurut wahhabiyah di mesjid; (3) Penentuan awal Ramadhan dan awal Syawwal melalui hisab, sedang menurut Wahhabiyah harus melalui rukyah; (4) Zakat fithrah bisa berupa uang, sedang menurut Wahhabiyah, tidak boleh berupa uang, tetapi harus berupa makanan pokok; dan (5) Zakat boleh diberikan kepada panitia mesjid, sedang menurut Wahhabiyah tidak boleh diberikan kepada pihak-pihak yang tidak termasuk asnaf delapan.

M. Adriani Yulizar, MA yang di daulat menjadi moderator pada kegiatan pendukung Muspimwil Muhammadiyah Kalimantan Selatan tersebut menyimpulkan bahwa Muhammadiyah tidak identik dengan wahhabiyah, karena di samping ada perbedaan antara keduannya, juga terdapat banyak persamaan. Munculnya gerakan pemurnian akidah dan ibadah dari syirik, khurafat, takhayul dan bid’ah, bukan karena terpengaruh oleh paham dan gerakan Wahhabiyah, tetapi karena terpengaruh oleh gerakan dan pemikiran pembaharuan yang diusung oleh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. [Kh]


Tags: MPI
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: Bedah Buku



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website