PWM Kalimantan Selatan - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Kalimantan Selatan
.: Home > Berita > Majlis Tarjih dan Tajdid PWM Kalsel Adakan Pelatihan Ulumul Hadits

Homepage

Majlis Tarjih dan Tajdid PWM Kalsel Adakan Pelatihan Ulumul Hadits

Sabtu, 07-01-2017
Dibaca: 641

Bertempat di Aula PWM Kalimantan Selatan Lt. III pada hari Sabtu tanggal 7 Januari 2017, Majlis Tarjih dan Tajdid PW. Muhammadiyah Kalimantan Selatan mengadakan pelatihan kader ulama tarjih dan tajdid. Pelatihan yang difokuskan pada pengkajian hadits tersebut dihadiri pengurus majlis tarjih dan tajdid PD. Muhammadiyah se Kalimantan Selatan. Kajian hadits ini dibagi dalam beberapa tema yakni: kodifikasi hadits, takhrijul hadits, jarh wa ta'dil, kritik sanad dan matan, ikhtilaf hadits serta latihan bersama mencari hadits dan memberikan penilaiannya shahih, hasan dan dhaif. Tetapi dalam pertemuan selama satu hari tersebut hanya fokus mengkaji kodifikasi hadits dan takhrijul hadits dengan pembicara Bapak Drs. H. Abidin Ja'far, Lc, MA dan Dr. H. Sukarni, M.Ag. Sedangkan tema-tema lainnya akan dikaji dalam pertemuan pertiga bulan berikutnya.

Bapak Abidin Ja'far dalam paparannya mengemukakan bahwa: hadits merupakan sumber yang kedua di samping Alquran, dimasa Nabi hadits merupakan hafalan para sahabat, tetapi di samping itu ada pula sebagian sahabat yang sudah menulis hadits-hadits untuk kepentingan sendiri dengan izin rasul Saw karena mereka kurang kuat dalam hafalan. Lebih lanjut Ketua Majlis Tarjih dan Tajdid PW. Muhammadiyah Kalimantan Selatan menambahkan bahwa, dimasa sahabat perkembangan hadits sama dengan masa Rasul walaupun ada usaha dari Khalifah Umar bin Khattab untuk mengkodifikasikannya, tetapi belum berhasil karena situasi dan kondisi pada masa itu belum memungkinkan. Barulah pada masa Tabi'in yaitu pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, awal abad kedua hijriyah dimulai pengkodifikasian hadits secara resmi. pada abad ketiga hijriyah merupakan zaman keemasan dalam pengkodifikasian hadits dengan munculnya ulama-ulama hadits yang telah menyusun hadits dengan penelitian dan sistematika yang teratur.

Tuduhan para orientalis terhadap hadits-hadits Rasul dan kepada para ulama hadits adalah karena ada unsur-unsur tertentu untuk menjatuhkan Islam, di samping itu karena kekurangan mereka dalam memahami bahasa Arab secara mendalam dan juga ajaran Islam, jika kita bandingkan dengan para ulama-ulama Islam sendiri yang mendalami pada bidang mereka masing-masing. Para orientalis selalu menonjol karyanya dengan menggunakan scientific research, dengan maksud menimbulkan keragu-raguan orang-orang Islam terhadap ajaran agamanya, tambah Bapak Abidin Ja'far

Pemaparan berikutnya disampaikan Bapak Dr. H. Sukarni, M.Ag yang merupakan salah seorang Majlis Tarjih dan Tajdid PW. Muhammadiyah Kalimantan Selatan. Menurut beliau bahwa dalam penetapan tingkatan hadits (shahih, hasan, dhaif atau maudhu') bersifat subjektif, masing-masing kelompok berbeda. Ada yang berpendapat sebuah hadits itu dikatakan shahih, tetapi boleh jadi ada ahli yang mengatakan itu tingkatannya hasan, dan mungkin juga dha'if atau maudhu'. Dalam diskusi Bapak Sukarni juga mengatakan bahwa Muhammadiyah tidak terikat kepada pendapat salah satu saja, seperti Albani, tetapi kalau ada sebuah hadits harus diteliti terlebih dahulu. Walaupun dalam sejarah diketahui bahwa Albani merupakan seorang yang sangat konsen dalam mentahqiq hadits, sehingga ada suatu kelompok tertentu yang mengatakan bahwa kalau hadits yang tidak diteliti Albani, maka tidak dipakai. (Abdul Khaliq/MPI PWM Kalsel)


Tags: MPI
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: MTT



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website